Jumat, 03 Juli 2009

Menantang Krisis

“Taruhlah kuali yang paling besar diatas api dan masaklah sesuatu makanan bagi rombongan nabi itu.”
II Raja-raja 4:38


Normalnya, tidak ada orang yang mau menghampiri keadaan bermasalah. Misalnya, jika sudah tahu lewat daerah labter rawan jika sudah jauh malam, orang pasti berpikir 10 kali jika mau lewat jalan itu jika dia sendiri dan bulu kuduk akan terangkat atau memilih tidak jalan pintas, atau, sudah tahu daerah Lapter rawan kecelakaan, orang akan sedapat mungkin lebih berhati- hati. Kalaupun ada yang bertindak sebaliknya, kita mungkin berkata orang itu sedang mencari masalah dan celaka saja.

Berbeda dengan Elisa. Saat itu sedang terjadi kelaparan di Gilgal. Namun, Elisa malah memutuskan kembali ke Gilgal ketika krisis sedang memuncak. Padahal, secara logika tidak ada yang dapat diharapkan di Gilgal. Pertanyaannya. “Mengapa Elisa melakukannya?” Firman Tuhan memberi tahu kita. Ternyata ia melakukannya dengan IMAN agar kehadirannya menjadi berkat bagi penduduk di sana. Kalau tidak ada krisis, mungkin orang tidak membutuhkannya. Namun dengan munculnya krisis pangan, ia beriman bahwa Tuhan akan berbuat sesuatu. Kepada bujangnya, Elisa memrintahkan agar ia menaruh kuali yang paling besar di atas api. Ia memerintahkan untuk dimasakkan makanan bagi serombongan nabi yang kelaparan. Apa yang terjadi? Tuhan melakukan mukjizat. Seorang dari Baal-Salisa membawa dua puluh jelai roti dan gandum kepada nabi. Ia pun memerintahkan agar roti itu diberikan kepada seratus nabi tersebut. Bujangnya pun binggung, bagaimana itu cukup? Namun, karena iaman Elisa, Allah turut berkary. Allah melipatgandakan roti yang ada sehingga rombongan nabi itu dapat makan sampai kenyang, bahkan bersisa (ayat 44).

Tidak jarang Allah melatih kita agar beriman kepadaNya di masa-masa sukar. Dapatkah saudara, misalnya, tetap berdoa saat anggaran sudah menipis di pertengahan bulan? Elisa menantang krisis bukan dengan tangan hampa. Ia menantang krisis dengan iman yang berpusat kepada Tuhan. Dan, Allah pun tidak mempermalukannya. Keajaiban terjadi. Ia dapat menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Allah yang kita percaya sama dengan Allah yang dipercaya Alisa. Asal memiliki iman, tentu kita juga dapat menantang krisis dan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.

Ditengah krisis kelaparan di Gilgal yang di alami oleh negeri ini. Tampillah Elisa seorang abdi Allah yang hidup dalam kebenaran. Alkitab mencatat, Elisa mempraktekkan imannya di hadapan bangsa Israel, ia berkata kepada Bujangnya “Taruhlah kuali itu yang paling besar di atas api dan masaklah sesuatu makanan bagi robongan nabi itu.” Tentu kita ingin memiliki iman seperti ini, tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana caranya? Elisa manusia biasa yang sama seperti kita, artinya kalau Tuhan berkenan memakai Elisa untuk menyatakan kuasa, kita juga dapat di pakai Tuhan.

Ada beberapa langkah yang harus kita lakukan agar kita dapat memiliki iman seperti Elisa.
1. Iman yang benar harus dimulai dari visi. Ayat 38.
Seorang beriman sesungguhnya telah melihat, mendengar, dan percaya kepada sesuatu yang belum orang lain ketahui. Seorang beriman akan berpegang teguh pada janji-janji Tuhan, serta menyakini banhwa Tuhan pasti mengenapinya. Iman dalam visi harus dilanjutkan dengan doa.
2. Iman yang sejati pasti akan melalui ujian (ayat 40)
Cirri khaas iman yang sejati itu tidak akan mudah terpengaruh oleh keadaan buruk atau negatif. Sekalipun maut siap menghadang.
3. Iman yang sejati pasti menghasilkan sesuatu.
Ketika Elisa tahu kelaparan di Gilgal dia mengambil keputusan untuk pergi ke sana, kemudian terjadilah mukjizat dan dia menjadi berkat bagi banyak orang.

Dengan iman, mari kita menantang Krisis ini!

Tidak ada komentar: